Suatu hari, seorang usahawan Indonesia duduk termenung di sebuah café. Ia ingin membawa masuk ke Indonesia roti bermerek luar negeri. Akan tetapi formula apa yang digunakan untuk menembus pasar Indonesia, khususnya Jakarta? Di Jakarta saja sudah berlabuh ratusan pabrik roti dari pelbagai merek.
Ia datang ke pelbagai gerai roti terkenal yang tersebar di berbagai mal dan ruko. Duduk di kafe atau lapangan parkir, ia amati desain tiap gerai, bagaimana kiat pelayanannya, siapa-siapa saja yang datang berbelanja, serta bagaimana ragam rotinya. Ia amati pula perangai dan jenis pembeli roti. Tidak lupa ia cicipi sendiri bagaimana rasa roti –roti tersebut. Semua survey lapangan itu ia catat dan renungkan di kantornya.
Akhirnya, setelah survey lapangan selama hampir sebulan usai, ia tiba pada kesimpulan : roti yang cocok untuk public Jakarta harus seperti apa rasanya. Begitu pula bentuk dan besarannya. Ia mengajak para staffnya rapat dan ia menetapkan langkah-langkah strategis yang pantas ditempuh. Ia membentuk beberapa tim dengan tugas tunggal, menjadikan produk rotinya menjadi roti nomor satu di Indonesia.
Usahawan yang dikenal “irit” ini bersedia merogok kocek sampai sangat dalam untuk memenuhi ambisinya. Ia membuat gerai yang keren. “Untuk bisnis makanan, kesan hiegenis dan segar mutlak ditunjukkan,” Ujar usahawan ini. Usai tahap perekrutan orang, ia mulai dengan mencoba rasa roti. Ia pun meminta para staffnya selalu berusaha menciptakan rasa dan bentuk roti yang berbeda tiap satu semester. “Jangan sampai publik bosan melihat model roti anda,” Ujar pengusaha rendah hati yang enggan disebut namanya ini.
Langkah berikutnya, ia membuka gerai di sebuah mal di Jakarta. Tidak main-main, ia bermain taktis di media massa, dalam bentuk pemberitaan dan iklan. Ia mengajak 300 orang yang siap antre membeli rotinya di mal, bukan hanya pada waktu dibuka, tetapi 7 hari berturut-turut. Pagi, siang, dan malam. Dampaknya sangat dasyat, antrean panjang digerai rotinya membuat heboh. Media cetak dan elektronik melakukan liputan besar-besaran. Dan warga Jakarta langsung dikejutkan oleh kehadiran pendatang baru ini. Warga ikut larut dalam antrean ini, apalagi ia memberi diskon menarik untuk setiap pembelian diatas Rp 50.000. Ia menggamit pula beberapa artis tenar untuk datang duduk-duduk di sekitar gerai rotinya itu.
Kini, kendati roti ini belumlah”nomor satu di Indonesia” tetapi ia sudah menjadi fenomena baru di Indonesia. Inilah yang disebut “ membeli karena tahu harga akan naik / panic buying “. Pengusaha ini sudah memenangkan pasar dengan teknik-teknik ini. Ia menembus pasar dengan gaya marketing cemerlang. Ia taat pada prinsip marketing bahwa permainan harga adalah formula buruk. Symbol dari tenaga marketing yang enggan berpikir lama. Semakin kreatif anda menembus pasar, semakin hebat reputasi anda di pasar. Dan public selalu menghargai kreatifitas tersebut dengan datang membeli produk anda.
0 comments:
Posting Komentar